Introduction

IT ISN’T A WHOLE

Solo Exhibition

Suanjaya Kencut

Bukan maksud menjadi satir atau mengritisi dunia terdekat, saya hanya ingin bercerita sebuah fenomena seperti layaknya cermin yang akan berbeda sudut pandang tergantung siapa yang melihatnya. Sebuah fenomena media sosial, yang mungkin sudah ratusan tulisan berbicara tentang topik kekinian tersebut. Mulai yang mengkritisi anak muda “milenial” hingga dari sudut pandang yang mengatas namakan anak muda.
Portfolio

Recent Work

Milenial memang punya cara tersendiri untuk membahasakan kehidupan, jika generasi pendahulunya tidak paham mungkin hanya akan bisa geleng-geleng kepala. Ada sebuah tradisi unik atau mungkin sudah bisa dikatakan lifestyle, dimana semua harus diketahui orang lain, dan orang lain pun menilai dari apa yang orang lain bagikan. Sebuah fenomena yang bukan buruk, juga bukan baik pula. Karena semua memang porsi yang menentukan. Membagikan sesuatu yang merupakan gaya hidup bukanlah hal yang patut dianggap buruk. Membagikan hal yang disuka juga tidak menimbulkan masalah. Membagikan apa yang dibanggakan juga takkan menjadi sebuah petaka. Tapi, dari sanalah timbul yang disebut fenomena. Fenomena dimana seseorang melihat orang lain hanya dari yang mereka bagikan, bahkan mengklaim bahwa hal tersebut adalah keseluruhan dari apa yang ada dihidupnya. Ini sangat tidak adil. Dualisme melihat dan dilihat memang kadang tak imbang. Kadang manusia enggan melihat namun hanya ingin dilihat, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut mungkin yang seharusnya digaris bawahi dalam fenomena tersebut. Dalam pameran ini saya ingin menggambarkan apa yang saya suka, banggakan, serta apa yang menjadi gaya hidup saya. Namun perlu dicatat, ini bukanlah keseluruhan dari apa yang saya imajikan, dan ini juga bukan keseluruhan dari lukisan saya. Hanya, apa yang ingin saya bagikan! Gaya hidup, harapan, tujuan, ritual, serta apa yang menjadi kebanggaan, saya bagikan kepada khalayak untuk dinikmati. Melalui media yang hanya bisa dilihat dari depan, saya berikan sentuhan penuh warna karena memang hidup ini penuh warna. Karakter semu yang tidak bisa dijumpai pada kehidupan nyata saya gambarkan mewakili saya, untuk menipu yang belum mengenal saya. Alih-alih untuk mengklaim bahwa saya adalah keseluruhan dari apa yang saya bagikan, justru saya ingin mengedukasi khalayak bahwa “don’t judge a book by this cover” memiliki makna yang lebih dalam dari hanya sebuah kalimat. Bahkan dalam fenomena ini, seseorang dinilai bahkan sebelum melihat langsung bentuk “covernya”. Sekali lagi, ini sangat tidak adil! Karakter semu bisa dibentuk dari sesuatu yang hanya di klaim dari sebuah rentetan gambar yang dibagikan. Banyak yang terlalu tergesa-gesa menarik kesimpulan dari rentetan aktifitas, yang belum tentu seperti yang dilihat. Berinteraksi, menjadi hal yang tidak penting lagi, dan kadang sesuatu yang judul berinteraksi pun dipenuhi dengan aktifitas dunia yang tidak lagi nyata. Percayalah, kita akan saling paham dan menemukan kejujuran pada empat mata yang saling bertatapan, luntaian kata yang saling bersahutan, dan kedua telinga yang tak henti mendengar. Dari tulisan di atas, dan melihat keseluruhan cerita pada media dua dimensi penuh warna yang saya bagikan, bisakah anda menebak siapakah dan bagaimanakah saya?