Pop Fractal

Suanjaya Kencut

14 November 2024 – 11 January 2025

Baik Art Jakarta

Jl. Sekolah Duta V No. 35, Jakarta. 12310

Sense of Touching, 2024, acrylic on canvas, 200 x 400 cm

Seringkali muncul pertanyaan publik terhadap visualitas kekaryaan Kencut, ‘dimanakah roh taksu Balinya?”. Sesungguhnya karya Kencut baik lukisan, patung, maupun seni instalasi telah mengalami proses sublimasi dan melalui pola abstraktif nilai-nilai lokalitas Balinya. Tidak dapat diabaikan, elaborasi pengetahuan seni modern akademis Kencut dan pengaruh budaya Bali dengan ukiran ornamen tradisi, dan corak berulang kain dekorasi dalam upacara adat, pertunjukan barong-rangda, serta kompleks warna maupun rumitnya struktur sususnan bertumpuk bebantenan Bali seperti yang disebutkan Kencut kepada saya, menjadi akar ‘lokalitas’ yang tercermin dalam ‘ruang bawah sadarnya’ hadir melalui repetisi motif, ‘kebertumpukan’ komposisi pola visual figur bonekanya, kontras warna, dan dinamika artistika zooming karakter bentuk dalam kanvasnya. Konsep fraktal melalui komposisi perulangan potongan-potongan berbagai gestur seri bonekanya, pola mata kancing, dan warna-warni ilusif bernuansa pop ini tidak hanya penanda khas karakteristik estetika karya Kencut tetapi juga menambah pendalaman dimensi konsepsi melalui ekspresi tema-tema identitas sosial, personalitas, dan pluralitas emosi manusia yang terangkum dalam ranah penciptaan seni rupa kontemporer versi Suanjaya Kencut.

Fragmentasi dalam rangkaian figur-figur boneka dalam lukisan Kencut, ini bisa menjadi metafora untuk pengalaman manusia yang sering terasa terpecah-pecah. Pola-pola yang berulang dalam fraktal dapat dikaitkan dengan konsep siklus hidup, kelahiran kembali, dan keabadian, mencerminkan sifat alam semesta yang repetitif dan berkembang. Selain itu, fraktal sering menampilkan kombinasi antara chaos dan keteraturan, representasi dari dualitas manusia yang mencari keteraturan dalam dunia yang penuh ketidakpastian. Sifat fraktal yang dapat diperbesar atau diperkecil seperti yang nampak dalam diametrikal komposisi figur boneka dalam lukisan Kencut tanpa kehilangan pola dasarnya juga menjadi metafora untuk bagaimana kita memandang dunia, di mana perspektif bisa mengubah pemahaman tentang realitas.

Konsep pop fractals yang saya lekatkan dalam tulisan ini, memiliki kesamaan yang menarik dengan representasi estetika yang ditemukan dalam karya-karya seniman Suanjaya ‘Kencut’ melalui karakteristik zooming fragmentasi figur, pengulangan pola, dan keindahan visual warna yang kompleks. Penggunaan boneka bermata kancing sebagai subject matter dalam karya Kencut dapat diinterpretasikan sebagai bentuk fragmentasi identitas, di mana mata sebagai jendela jiwa digantikan oleh objek yang mati, yang dingin dan kosong, menciptakan kesan terisolasi dan teralienasi. Ekspresi emosi dalam karya Kencut seringkali tidak jelas dan tersembunyi di balik penampilan yang seragam dari boneka-boneka tersebut, yang bisa diartikan sebagai representasi dari kompleksitas emosi manusia yang sulit diungkapkan secara utuh.

Kencut seringkali menggunakan skala yang berbeda-beda dalam karyanya, bentuk pola geometrikal yang berulang baik besar-kecil, sendiri-mengelompok menciptakan efek visual yang menarik dan menantang persepsi penonton. Hal ini mirip dengan sifat fraktal yang dapat diperbesar atau diperkecil tanpa kehilangan pola dasarnya. Karya-karya Kencut seringkali bersifat terbuka untuk berbagai interpretasi, memungkinkan penonton untuk menciptakan makna mereka sendiri, sejalan dengan sifat abstraktif dari fraktal yang merangsang imajinasi. Bentuk-bentuk sederhana yang digunakan dalam karya Kencut mengingatkan pada bentuk-bentuk alami seperti bintang, kristal, batu, tumbuhan, atau hewan, menciptakan perasaan keterhubungan dengan alam yang juga ditemukan dalam pola fraktal.

Pola visual yang berulang dan repetitif dalam karya Kencut menggarisbawahi siklus kehidupan dan realitas sosial yang terus berulang, menumpuk namun tetap terasa terpisah-pisah dan tidak terhubung. Secara keseluruhan, karya Kencut menggambarkan fenomena sosial dan emosional yang dihadapi oleh manusia kontemporer sebagai “sebuah dunia di mana identitas sering kali terasa terfragmentasi, emosi sulit diungkapkan secara utuh, dan interaksi sosial dipenuhi dengan simbolisme ‘semu’ yang mencerminkan realitas yang terpecah-pecah”. Metafora karya Kencut ini mengundang penonton untuk merenungkan kondisi manusia modern dan mencari pemahaman lebih dalam tentang identitas dan emosi mereka sendiri dalam konteks sosial yang kompleks.

Yogyakarta, November 2024

Dr. I Gede Arya Sucitra, M.A

(Peneliti Seni, Dosen Seni Murni FSRD ISI Yogyakarta)

Fragment 200cm x 260cm, Acrylic on Canvas, 2024

Physical Contact #1 140cm x 200cm, Acrylic on Canvas

Physical Contact #2 140cm x 200cm, Acrylic on Canvas, 2024

Recalling #1, 100cm x 150cm, Acrylic on Canvas, 2024

Recalling #2, 100cm x 150cm, Acrylic on Canvas, 2024

Recalling #3, 100cm x 150cm, Acrylic on Canvas, 2024

Recalling #4, 100cm x 150cm, Acrylic on Canvas, 2024

Recalling #5, 100cm x 150cm, Acrylic on Canvas, 2024

Restricted 200cm x 200cm, Acrylic on Canvas, 2024

3D Artwork

Offering 120cm x 75cm x 60cm Bronze, PVD platting chrome, finishing UV coating clear 2024 Yogyakarta

Guardian Angel 180cm x 70cm x 70cm Bronze with Automitive laquer paint 2024 Yogyakarta,

"Unlimited", 27cm x 39 cm - Ink on Paper - 2023